Tertulis pada
icaka 500 disebutkan sebuah Desa Pakraman bernama Desa Culidra yang merupakan
sempalan atau bagian dari Desa Pakraman Datah. Pada icaka tersebut di Desa
Pakraman Datah melaksanakan aci Usaba Ngebo tepatnya pada Purnamaning sasih
Kalima, dimana I Pasek dan I Gajah Para dari Desa Culidra kena urunan satu ekor
babi dan sesajen secukupnya disamping kena kewajiban tertentu
Dalam hal melaksanakan kewajiban kena urunan satu ekor
babi tersebut, I pasek dan I Gajah Para membawa babi butuan/kaung, sehingga
aturan babi tersebut tidak diterima sehingga terjadi persoalan/perkara. Perkara
ini diketengahi oleh Raja Karangasem pada waktu itu yakni Anak Agung Made
Ngurah dan memutuskan memberikan Desa Culindra berdiri sendiri alias terpisah
dengan Desa Datah bersamaan dengan I Bendesa
Tukad Besi dengan diberikan surat keputusan berupa Pemunder Desa yang
telah ditetapkan oleh Raja Karangasem. Serta yang menjadi pemimpin Desa saat
itu adalah I Pasek sebagai kelian desa dan wakilnya dijabat oleh I Gajah Para.
Beselang
beberapa tahun setelah Desa Cilidra berdiri sendiri datanglah Bhatari Danuh ke
Desa Culidra dengan membawa sesuatu yang terbungkus didalam daun kumbang dan
bertemu dengan I Pasek dan I Gajah Para. Dengan sembah semungkem mereka menerima
kedatangan Bhatari Danuh yang memberitahukan kepada I Pasek dan I Gajah Para
untuk melakukan yadnya aci ngebo setiap sepuluh tahun sekali. Karena penasaran
dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi dari I Pasek dan I Gajah Para, tentang
apa dibawa Bhatari Danuh akhirnya mereka terus mendekat sambil terus menculik
isi bungkusan daun kumbang itu dan tiba-tiba jatuhlah setitik air dari
bungkusan yang dibawa Bhatari Danuh. Karena tidak terima dengan perlakuan I
Pasek dan I Gajah Para, Bhatari Danuh murka dan tidak membenarkan perbuatan
meraka berdua. Merekapun akhirnya menyembah memohon ampun kepada Bhatari Danuh
karena terburu nafsu ingin mengetahui isi dari bungkusan tersebut. Bhatari
Danuh pun mengampuni perbuatan tersebut dan bersabda kepada I Pasek agar setiap
sepuluh tahun sekali melaksanakan aci ngebo dan agar mengganti nama Desa
Culidra menjadi Desa Culik. Setelah bersabda Bhatari Danuh melanjutkan
perjalanannya ke Desa Ababi dan Desa Sibetan.
Dalam
perjalanannya Pemerintahan Desa Culik, yang wilayahnya meliputi 17 (tujuh
belas) Banjar Dinas mengalami pemekaran wilayah pada tahun 1982 menjadi 4
(empat) Desa Dinas yaitu Desa Labasari, Desa Culik, Desa Kertha Mandala, dan
Desa Purwa Kerthi. Desa Culik saat ini memiliki 5 (lima) banjar Dinas yaitu
Banjar Dinas Amertasari, Buayang, Pekandelan, Seloni dan Geria.
Demikianlah sejarah singkat Desa Culik yang
mengartikan Desa Culik sebagai Cerdas, Ulet, Lestari, Indah, dan Kreatif
berlandaskan Swa Dharma Mukti Raharja.
I Pasek yang dimaksud Pasek yang mana? karena ada banyak Pasek di desa Culik. Silakan membuat cerita sesuai dengan realyta. Kalo boleh tau sejarah Dewi Danu membawa bungkusan sampai "kulik kulike ajak i Pasek" Itu tertulis di lontar yang mana? Referensi dari sebuah cerita apalagi sebuah sejarah haruslah ada sumber yang jelas.
BalasHapusPada saat ipasek culik dan arya kebon dungus keni bawi asiki dan ibendesa tukad besi keni dangsil tercatat pada pemunder desa adat culik icaka 1500 bukan icaka 500.
BalasHapusDan pada rahina saniscara klawu sasih karo titi tanggal ping kalih icaka 500 pura puseh culik didirikan tercatat dalam pemunder pura mbudan Toya.
Dan pura dalem puri di didirikan ring rahina soma umanis julung wangi titi tanggal ping enem icaka 500.
Dan pura mbudan Toya dan pura segar didirikan ring rahina saniscara paing kelawu sasih karo tito ping telu icaka 500. Tercatat pada pemunder pura mbudan Toya. Disaat Dewi danuh tedun keculik tercatat pada lontar yang mana? Apang tawang